Tulisan ini merupakan kado bagi diri yang merangkai untaian kata detak cinta yang mewujud ungkapan rasa syukur kepada Sang Maha Memiliki yang telah menganugerahkan malaikat tanpa sayap bernama “Ibu” sebagai sumber inspirasi sejati dalam hidup. Mungkin tepat jika ikhwal tentang Ibu dinarasikan dalam moment spesial Bulan Desember. Pada bulan inilah, tepatnya tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, figur istimewa dalam sejarah hidup setiap manusia.
Tatkala mendengar kata ibu, hampir sebagian besar orang akan teringat sosok perempuan hebat yang seluruh nafas dan jiwanya dipersembahkan untuk anak-anak dan keluarganya tercinta. Ibu adalah energi yang tak akan pernah habis untuk diceritakan tentang kebaikannya, ketulusannya, dan keikhlasannya dalam membangun keluarga yang sesuai dengan dambaan nuraninya.
Tidaklah berlebihan jika kita katakan bahwa tidak ada manusia yang sangat mencintai kita sampai saat ini kecuali ibu kita. Ibu yang selalu menyemaikan benih cinta di setiap helaan nafasnya, memberikan seluruh jiwanya, dan merelakan sebagian besar waktunya untuk mendengar keluh kesah buah hati yang dikasihinya. Masih lekat dalam ingatan, sebuah lagu yang melegenda, ditulis oleh Mochtar Embut yang lebih dikenal dengan nama SM Mochtar berjudul “Kasih Ibu” : Kasih ibu kepada beta/ Tak terhingga sepanjang masa/Hanya memberi tak harap kembali/ Bagai sang surya menyinari dunia//. Sungguh, ini adalah lirik lagu yang mewakili dahsyatnya cinta kasih tulus seorang ibu, tanpa mengharapkan balasan apapun. Keikhlasan tak bertepi ini dimiliki oleh pemilik rahim yang bernama “Ibu”.
Kemuliaan Seorang Ibu
Menjadi seorang ibu adalah anugerah kemuliaan dari Sang Maha Kuasa. Dalam agama yang Saya yakini yaitu Islam, sosok Ibu sangat dimuliakan. Hal ini terlihat dari apa yang dikatakan Abu Hurairah: “Datang seseorang kepada Rosulullah dan berkata, ‘Wahai Rosulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ayahmu.’” (H.R.Muslim). Kemuliaan seorang ibu ini juga tersirat dari apa yang dikatakan Rosulullah yang menyatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Demikian pula, wasiat berupa nasihat diri dari Rosulullah SAW tampak jelas dalam sabda berikut, “Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga: Pecandu minuman keras, anak durhaka, dan laki-laki yang membiarkan tindak kekejian terjadi di tengah keluarganya.” (HR.Ahmad). Dalam hadist tersebut Allah telah memberikan garansi, seorang anak yang tidak diridhai orang tua diharamkan memasuki semua pintu surga. Sungguh sangat bijak jika dalam konteks memaknai hadist tersebut seluruh gerak langkah seorang ibu senantiasa membimbing putera-puterinya tercinta menjadi anak yang soleh dan solehah. Allah akan memuliakan dan meninggikan derajat seorang ibu yang berjuang sekuat daya mengantarkan putera-puterinya menuju jalan-jalan yang diridoi-Nya
Kemuliaan seorang ibu tentu tak diragukan lagi. Selama mengandung janin 9 bulan, seorang ibu akan sangat hati-hati menjaga kandungannya. Ia akan selalu berusaha agar tumbuh kembang janin yang dikandungnya sempurna, menjaga pola hidup sehat, berdoa bagi keselamatan kandungannya, dan memerhatikan keutamaan dan keselamatan janin dalam beraktivitas. Pun demikian pada saat proses kelahiran. Perjuangan hidup mati dipertaruhkan demi nyawa seorang anak yang didambakannya, perjuangan yang berujung pada keinginan lahirnya seorang bayi yang akan menjadi sumber kebahagiaan tiada tara bagi hidup dan kehidupannya. Inilah potret perjuangan tanpa pamrih seorang ibu demi anak-anaknya tercinta. Hal terbaik akan dilakukannya untuk melindungi dan membesarkan anak-anaknya. Lihatlah, bagaimana seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) bagi anaknya. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ASI mengandung unsur kekebalan yang mengandung protein dan karbohidrat. Selain itu ASI juga memberikan stabilitas psikologi bagi bayi sehingga membantu tidur dan tenang bahkan ASI juga bekerja sebagai analgesik alamiah terbaik bagi bayi.
Ketika bayi itu bertumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, peran ibu yang tak kalah pentingnya selain memberikan kebutuhan fisik adalah kebutuhan jiwanya. Memberinya kasih sayang tanpa jeda, menunjukkan keteladanan dan pendidikan moral sejak dini. Ia ingin selalu menjadi sosok guru terbaik bagi putera-puterinya agar memiliki anak soleh dan solehah. Pun demikian dengan upaya proteksi terbaik bagi putera-puterinya tercinta. Ia siaga penuh memberikan perlindungan/penjagaan tanpa mengenal ruang dan waktu. Jujur, jika mengilas balik peran ibu Saya dahulu hingga kini, tak akan mampu Saya membalas jasa dan kebaikannya yang tulus tanpa pamrih. Ibu selalu menjadi orang yang paling memahami perasaan buah hatinya. Semogalah Allah memuliakannya di sepanjang nafas hayatnya sampai keabadian nanti.
Guru Terbaik di Ruang Rindu
Tak ada yang lebih dirindukan anak-anaknya ketika ia mengalami kekecewaan atau menemukan kesulitan dalam kehidupannya selain seorang ibu. Ialah “Ibu”, orang yang akan menjadi tumpahan segala keluh dan kesah anak-anaknya. Ia akan dengan penuh cinta mendengarkan apa kita katakan bahkan memahami apa yang belum kita katakan. Doa-doa ibu lah yang seantiasa kita rindukan agar belitan masalah dan setumpuk kekecewaan yang kita rasakan itu segera sirna. Anehnya, nasihat bijak seorang ibu itu selalu benar. Selalu menjadi solusi dari segala permasalahan dalam hidup. Bahkan dalam setiap solusi permasalahan yang dihadapi anak-anaknya selalu tersimpan doa-doa terbaik. Doa-doa yang dipanjatkan seorang ibu akan memberikan berkah bagi anak-anaknya.
Doa seorang ibu sangat mujarab dan akan selalu dirindukan anak-anaknya. Hal ini karena seorang ibu memiliki keutamaan dan Allah mengangkat tinggi derajat seorang ibu yang telah berjuang keras, berjihad untuk membesarkan putera-puterinya dengan curahan kasih sayang tulus dan ilmu kehidupan. Hal ini selaras dengan apa yang dijelaskan dalam hadist bahwa: ”Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi (kemakbulannnya), yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar), dan doa orang yang dizalimi.” (HR Abu Daud). Oleh karena itu sangat logis jika anak diminta untuk senantiasa berbakti kepada orang tua, memberikan yang terbaik untuk orang tuanya.
Pada bagian penutup tulisan ini Saya ingin menyampaikan bahwa menjadi seorang ibu adalah peluang besar untuk menjadi pribadi panutan yang diteladani putera-puterinya. Ia akan dan harus menjadi guru terbaik dalam keluarganya. Pola asuh dan pembimbingan, pengembangan nilai-nilai karakter yang baik harus benar-benar teraktualisasikan dalam keluarga. Peran seorang ibu dalam keluarga sangat dibutuhkan. Membentuk pribadi putera-puteri yang soleh dan solehah tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Butuh kesabaran. Butuh perjuangan yang tak kenal lelah. Seorang ibu tak akan pernah letih mencintai putera-puterinya. Ibu sebagai guru pertama dan utama dalam keluarga sangat vital dalam mencetak generasi unggul yang akan melahirkan sosok gemilang di masa mendatang. Ibulah sosok pertama yang berinteraksi dengan sang buah hati, sosok pertama yang memberikan rasa aman dan nyaman, serta sosok pertama yang didengar dan dipercaya ucapan-ucapannya. Baik buruknya sang buah hati akan sangat ditentukan oleh bagaimana seorang ibu dalam keluarga pengembangan nilai-nilai moral atau nilai-nilai karakter bagi putera-puterinya. Berbahagialah bagi seseorang yang sudah menunjukkan pengabdiannya sebagai seorang ibu yang tak pernah letih mencintai buah hati dan keluarganya. Berbahagialah jika sudah menjadi menjadi ibu guru terbaik yang dirindukan buah hatinya.Ya, Ibu akan selalu ada di ruang rindu hati anak-anaknya. Sahabat pembaca, apakah hari ini sudah melangitkan doa terbaik untuk ibumu?untuk isterimu dan juga ibu gurumu? Berikan kado termanis selain senyum manismu! Selamat Hari Ibu!
BIODATA PENULIS
TETI GUMIATI lahir di Ciamis, 19 Maret 1966. Bergiat di Komunitas Penulis Perempuan Indonesia (KPPI) Ciamis dan Perempuan Penulis Galuh (PPG). Tulisannya yang telah diterbitkan yaitu; Kumpulan Puisi Harmoni (2010), dan Mengejar Cahaya Langit (2014). Puisi-puisi lainnya dibukukan dalam antologi puisi bersama, yaitu: Sajak Semesta Memahat Langit (2013), Senja di Bumi Ciaren (2014), Sajak Sepanjang Waktu (2014). Antologi Puisi 100 Penyair Perempuan KPPI (2014), Para Perindu Embun (2015), Para Pencari Jejak (2015), Perahu Waktu (2016), Serenada Kota Ungu: Kumpulan Puisi 17 Perempuan Penyair Ciamis (2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Puisi Menolak Korupsi 6 (2017), Mata Rasa Semesta (2017), Roncean Syair Perempuan (2017), Telisik Galuh (2018), dan Kutulis Untukmu (2020), Perjalanan Rindu (2021). Pada tahun 2021 juga telah terbit buku kumpulan esainya yaitu Pohon Masa Depan: Menanam Keikhlasan Menuai Kebajikan.