Raga yang Remuk
relung hati yang abstrak
mencaci maki tanpa henti
sayup sayup tangisan membanjiri mata hati
membuatku bergetar dengan lutut yang bernyanyi
dalam gelap riuh hujan memanggil
redup sang rembulan memenuhi kota mati
derai hening tumbuh disela sela ragaku
menatap penuh membara dikala keluhku
buih buih jiwaku hancur lebur
namun tak ada satupun seseorang yang akan peduli
untuk apa harus terus tertawa digelapnya sunyi
jika sang maha terus memanggilku tanpa henti
memapah jiwa tanpa letih
dengan ricuh dalam ilusi
senandika yang lirih memenuhi relung hati
dinginnya semesta membuat sang jiwa hampir mati
-Ratih Selyani Putri